Tempat Tafakur yang Menjadi Sejarah Kesultanan Banten
Sultan Maulana Yusuf Al-Bantani, merupakan putra dari Maulana Hasanuddin sebagai pendiri kesultanan Banten. Ia melanjutkan kekuasaan ayahnya di Banten dalam rentang waktu 1570-1585 M, selama satu dekade kekuasaannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya. Salah-satu pencapaian terbesarnya ialah menaklukkan Pulasari dan Pakwan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda di tahun 1979.
Dikutip dari jurnal “Situs Tasikardi Dalam Jejak Peninggalan Kesultanan Banten” karya Dr. Eva Syarifah Wardah, bahwasannya awal mula pemerintahan Kesultanan Banten pertama kali dipimpin oleh keturunan Syarif Hidayatullah, yakni Maulana Hasanuddin yang memerintah dari tahun 1527-1570 M. Kemudian Sultan kedua bernama Maulana Yusuf yang merupakan anak dari Maulana Hasanuddin.
Masa pemerintahannya, Ia mulai memimpin pembangunan Kesultanan Banten disegala bidang, serta strategi pembangunan lebih dititik beratkan pada pembangunan Infrastuktur kota, bahkan mencetus sebuah konsep yang dikenal dengan sebutan “Gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis” yang artinya “Membangun kota dan benteng dari bata dan karang”.
Masa pemerintahannya, Maulana Yusuf juga meminta rakyatnya untuk memperluas kegiatan perekonomian, dengan membuka daerah persawahan disepanjang pesisir Banten sebagai sarana peningkatan produksi pertanian, guna memenuhi konsumsi dalam negeri serta berperan penting sebagai penunjang perniagaan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut dibuatlah saluran irigasi dan bendungan (danau buatan), yang dimana danau buatan tersebut dikenal dengan nama Tasikardi.
Tasikardi merupakan salah satu situs dikawasan Banten lama yang merupakan peninggalan pada masa Kesultanan yang memiliki nilai estetika, simbolik serta informasi yang cukup berpotensi bagi perekonomian melalui peristiwa, sejarah, dan budaya. Nama Tasikardi sendiri berasal dari Bahasa Sunda kuno, yaitu “Tasik” yang artinya air, dan “Kardi” yang berarti taman. Danau Tasikardi dibangun pada masa pemerintahan penembahan Maulana Yusuf dengan bantuan para warga sekitar pada tahun 1570-1580.
Tujuan dibangunnya danau tersebut dipersembahkan untuk ibunya sebagai tempat menyepi atau bertarekat. Ditengah danaunya terdapat sebuah pulau kecil yang biasa disebut oleh warga sekitar sebagai pulau Keputren. Awalnya pulau Keputren diperuntukan khusus bagi ibunda Maulana Yusuf sebagai tempat bertafakur (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, juga sebagai tempat pemandian ibunya yang bernama Ratu Ayu Kirana, kemudian pulau kecil tersebut dialih fungsikan sebagai tempat irigasi, pengaliran air Tasikardi berasal dari sungai Cibanten yang dialiri ke keraton, melalui saluran pipa terakota melewati tiga buah penyaringan air (filter) yang disebut pengindelan abang, pengindelan putih, dan pengindelan emas.
Setelah melalui penyaringan, barulah air bisa masuk keistana Sultan, sedangkan kelebihan airnya biasanya disalurkan ke sawah-sawah yang berada disekitar Tasikardi.Tidak hanya itu, air tersebut juga digunakan untuk tempat penyimpanan air konsumsi keluarga keraton serta masyarakat sekitar. Kemudian saat ini, Danau Tasikardi menjadi tempat wisata rekreasi karna keindahannya, guna mengabadikan keberlangsungan peninggalan Kesultanan Banten yang berharga, serta Berbagai aktivitas alam dapat dilakukan di Danau Tasikardi, untuk mengisi waktu liburan bersama keluarga.
Penulis: Mg_Livia
Editor: Enjat
Post Comment