Pekik Nurani di Segelintir Genggaman Jari

Oleh: Artika Sari – Komunikasi dan Penyiaran Islam

Di relung jiwa, suara itu menggema bak gelombang samudra.
Bukan sekadar rintih, tapi pekik keberanian yang tiada terhalang.
Melawan bisu yang lama membelenggu nurani.
Menuntut keadilan ekonomi, dari bayangan tirani.

Bukan lagi fatamorgana, bukan sekadar ilusi.
Saat jurang kesenjangan merobek harapan, menyayat hati.
Kaum jelata terpinggirkan, di ambang kefanaan abadi.
Suara itu bangkit, dengan keteguhan hati yang tak terganti.

Dia berbicara tentang hak, tentang pemerataan yang hakiki.
Bukan hanya bagi kaum borjuis, bukan sekadar fragmen ilahi.
Tetapi untuk semua, di setiap strata insani,
Agar rezeki tak hanya berputar di segelintir genggaman jari.

Dari peluh buruh pabrik, di bawah naungan baja,
Petani di ladang, membelah bumi dengan luka asa.
Hingga pedagang kecil, di bawah terik sang surya,
Mereka bersuara, menuntut ruang hidup yang merdeka.

Keadilan ekonomi, bukan utopia hampa,
Ia adalah prasasti pondasi, bagi masa depan yang cerah merata.
Saat keringat dihargai, tanpa derita nestapa,
dan kesempatan terhampar luas, bagi siapa saja.

Menatap cakrawala masa depan, dengan tatapan membara,
Bukan hanya janji manis, tapi aksi nyata yang membahana.
Membangun bangsa, tanpa noda diskriminasi yang membelah,
Di mana kemakmuran, bukan lagi sekadar dongeng belaka.

Suara ini, tak akan pernah tertelan waktu,
Meski badai menghadang, atau rintangan membentang beku.
Ia akan terus bergaung, menggema di setiap sudut kalbu,
Hingga keadilan sejati, akhirnya bersemayam di setiap jengkal pertiwi.

Post Comment