Invasi Irak dan Kuwait: Cikal Bakal Terjadinya Perang Teluk
Perang Teluk merupakan salah satu konflik militer yang paling signifikan dalam sejarah modern, berlangsung sejak tahun 1990 hingga 1991. Konflik ini melibatkan Irak dan koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat, sebagai respons terhadap invasi Irak ke Kuwait.
Perang ini bermula dari invasi Irak ke Kuwait pada 2 Agustus 1990 yang dipicu oleh beberapa faktor, termasuk utang yang Irak, setelah perang Iran-Irak dan ambisi Presiden Saddam Hussein (1979-2003) untuk mengontrol sumber daya minyak Kuwait. Tindakan agresif ini segera memicu kecaman internasional, sehingga Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi terhadap Irak. Sebagaimana dinyatakan dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 660, “Irak harus segera menarik pasukannya dari Kuwait”.
Di kutip dari Buku berjudul “Gulf war” yang dikarang oleh United Nations, bahwasanya setelah upaya diplomasi mengalami kegagalan, koalisi internasional dibentuk untuk membebaskan Kuwait. Koalisi ini terdiri dari berbagai negara, termasuk negara-negara Arab dan anggota NATO. Operasi militer ini dikenal dengan nama “Operation Desert Storm,” yang dimulai pada 17 Januari 1991.
Konflik ini ditandai dengan serangan udara masif oleh koalisi yang menghancurkan infrastruktur militer Irak. Dalam waktu singkat, pasukan koalisi berhasil mendorong mundur tentara Irak dan mengembalikan Kuwait ke tangan pemerintahnya. Menurut laporan RAND Corporation, serangan udara yang intens memaksa Irak untuk mundur dalam waktu 100 jam.
Perang Teluk memiliki dampak yang luas, baik di tingkat regional maupun global. Selain mengubah peta politik Timur Tengah, konflik ini meninggalkan warisan yang kompleks. Masyarakat Kuwait mengalami kerusakan besar, sementara Irak menghadapi sanksi berat yang berlanjut selama bertahun-tahun. Sebuah studi oleh Makiya (1993) mencatat bahwa “dampak sanksi terhadap Irak menciptakan ketidak stabilan yang berkepanjangan.”
Perang Teluk bukan hanya sekadar konflik bersenjata, ia mencerminkan dinamika hubungan internasional serta kepentingan ekonomi dan politik yang lebih luas. Hingga saat ini, dampak dari konflik ini masih terasa, memengaruhi kebijakan luar negeri dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Penulis: Mg_Sastra
Editor: Lidya
Post Comment