Hari Pencegahan Bunuh Diri 2024: Jaga Mental, Selamatkan Hidup

Tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Sebuah momen penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai betapa pentingnya kesehatan mental dan upaya pencegahan bunuh diri di seluruh dunia.

Setiap tahun, lebih dari 720.000 jiwa di seluruh dunia mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup mereka dengan cara bunuh diri. Angka ini menunjukkan tingkat krisis kesehatan mental yang serius dan mengindikasikan bahwa banyak orang mengalami rasa sakit yang mendalam, kesulitan emosional, dan ketidakmampuan untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.

Dilansir dari situs resmi Internasional Association for Suicide Prevention (IASC) bahwa hari pencegahan bunuh diri pertama kali diresmikan pada 2003, dengan bekerja sama dengan World Health Organization (WHO). Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pertama berhasil diluncurkan di Stockholm, pada tanggal 10 September 2003 sebagai inisiatif IASP dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menetapkan hari tersebut sebagai cara untuk memusatkan perhatian pada masalah ini di seluruh dunia dan menegaskan pesan: Bunuh diri dapat dicegah.

Fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa adalah sesuatu yang mengejutkan sekaligus menyedihkan. Ketika memasuki dunia perkuliahan, kita sering terpikat oleh impian masa depan yang cerah, kesempatan untuk belajar, dan bertemu dengan teman-teman baru. Namun, di balik keceriaan tersebut, ada realitas yang kurang terlihat, yaitu bunuh diri yang terjadi di antara mahasiswa. Fenomena ini mencerminkan penderitaan yang tersembunyi di balik senyum dan prestasi akademis.

Dilansir dari jurnal “Analisis Strategi Pembinaan Kesehatan Mental Oleh Guru Pengasuh Sekolah Berasrama Di aceh Besar Pada Masa Pandemi” yang ditulis oleh Faisal Anwar dan Putry Julia menyebukan bahwa setidaknya ada 5 hal yang bisa menjaga kesehatan mental khususnya kesehatan mental para remaja.

1. Kegiatan fisik.

Aktifitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Para remaja yang sering berolahraga akan merasa lebih terisi, lebih sehat dan lebih bahagia. Kunicnya dalah menemukan aktifitas yang mereka senangi. Dengan aktifitas ini akan meningkatkan suasana hati dan mngangkat gejala dipresi.

2. Waktu luang untuk tatap muka.

Tatap muka yang dimaksud adalah tatap muka dengan menjalin hubungan dengan orang lain dalam hal yang positive. Kegiatan ini bisa mengangkat kesejahteraan psikis dan kebahagiaan.

3. Pembatasan waktu untuk gadget.

Para orang tua hendaknya membuat aturan Bersama dengan anak-anak mereka dalam membatasi penggunaan gadget. Ini dilakukan supaya waktu mereka lebih banyak digunakan untuk kegiatan fisik, sosial dan relaksasi.

4. Waktu cukup untuk beristirahat.

Bagi para remaja setidaknya membutuhkan waktu 9-10 jam untuk beristirahat. Jika waktu istirahat mereka kurang dari itu maka mereka akan tidak merasa bersemangat untuk bersekolah. Rasa kantuk yang dibawa ke sekolah akan berakibat buruk pada konsentrasi, prestasi akademik, dan kesiagaan mereka.

5. Meningkatkan kesadaran penuh.

Para remaja perlu dilatih untuk meningkatan kemampuan kesadaran penuh mereka. Jika mereka benar- benar terlatih mereka kan menjadi lebih tenang dan relak. Kegiatan kesadaran penuh yang bisa dilakukan seperti latihan pernafasan. Disamping kegiatan diatas, kegiatan-kegiatan rohani seperti shalat, puasa, berzikir, membaca al-quran dan menghafalnya juga sangat membantuk untuk menjaga kesehatan mental.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwasanya untuk menjaga kesehatan mental harus mencakup fisik dan rohani. Ketika keduanya dipadukan maka kesehatan mental seseorang akan sangat terjaga dengan baik.

Penulis: Mg_Fadly
Editor: Salma

Post Comment