Anxious-Avoidant Trap: Saat Cinta Jadi Tarik Ulur yang Melelahkan

Pernah tidak sih SiGMAnia, kamu atau temanmu merasa hubungan percintaan terasa seperti rollercoaster emosional? Hari ini dekat, besok menjauh. Satu pihak merasa selalu butuh kepastian, sementara yang lain malah cenderung kabur saat hubungan mulai terasa terlalu intens. Kalau iya, bisa jadi itu adalah pola hubungan yang terbentuk dari gaya keterikatan anxious dan avoidant.

Meski terdengar seperti istilah rumit dalam psikologi, sebenarnya pola ini sangat umum terjadi, loh! Terutama di kalangan pasangan muda yang belum mengenal cara membangun hubungan yang aman dan sehat. Nah, biar tidak terus-terusan saling menyakiti, yuk kita pahami dulu apa itu attachment style dan kenapa kombinasi anxious dan avoidant bisa bikin hubungan terasa melelahkan.

Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini yah!

Dalam dunia psikologi hubungan, istilah attachment style atau gaya keterikatan menjadi topik yang ramai dibicarakan, terutama terkait pola hubungan romantis yang kerap penuh luka dan ketidakpastian. Dua gaya keterikatan yang seringkali membentuk hubungan tidak sehat adalah anxious (cemas) dan avoidant (menghindar). Meski saling tertarik, pasangan dengan kombinasi ini justru seringkali terjebak dalam pola yang menyakitkan.

Apa itu Anxious dan Avoidant Attachment?

Menurut Dr. Amir Levine dan Rachel Heller dalam bukunya “Attached: The New Science of Adult Attachment and How It Can Help You Find and Keep Love” gaya ketertarikan anxious ditandai dengan rasa takut ditinggalkan, haus akan kepastian, dan sering merasa cemas jika pasangan tampak menjauh. Di sisi lain, gaya avoidant justru merasa tidak nyaman dengan keintiman yang terlalu dekat dan cenderung menjaga jarak secara emosional.

Saat dua individu dengan gaya anxious dan avoidant menjalin hubungan, terbentuklah pola tarik ulur yang menyakitkan dua belah pihak. Pihak anxious terus mendekat, meminta validasi, dan semakin cemas saat sikap pasangan menjadi cuek atau dingin. Sementara pihak avoidant merasa kewalahan dan tidak nyaman, sehingga menarik diri semakin jauh, dan menyebabkan keduanya merasa tidak pernah benar-benar dimengerti.

Psikolog Stan Tatkin dalam buku “Wired For Love” menyebutkan hubungan ini sebagai “the anxious avoidant trap”, dimana satu pihak merasa terlalu banyak memberi tanpa mendapatkan balasan, dan yang lain merasa terus dikejar sehingga merasa kehilangan ruang pribadi. Pola ini bisa sangat melelahkan karena keduanya terjebak dalam dinamika yang saling memicu kecemasan dan penarikan diri. Tanpa kesadaran dan komunikasi yang sehat, pola ini bisa terus berulang, membuat hubungan terasa penuh drama, kebingungan, dan luka emosional yang tak kunjung sembuh.

Nah, untuk keluar dari pola anxious-avoidant, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah membangun kesadaran diri (self-awareness). Mengenali gaya keterikatan masing-masing memberi ruang untuk memahami reaksi emosional kita sendiri tanpa langsung menyalahkan pasangan. Ini bisa dimulai dari refleksi pribadi atau dengan bantuan profesional seperti konselor atau terapis.

Selain itu, komunikasi yang jujur dan terbuka menjadi fondasi penting. Pihak anxious perlu belajar menenangkan diri dan membangun rasa aman dari dalam, sementara pihak avoidant perlu membuka diri terhadap kedekatan emosional tanpa merasa terkekang. Keduanya harus saling belajar untuk hadir secara konsisten tanpa mengabaikan kebutuhan masing-masing.

Hubungan tidak harus menjadi medan perang antara butuh dan menjauh. Ketika dua orang berani menyadari pola keterikatan mereka dan mau bertumbuh bersama dan bukan saling menuntut atau menghindar, maka cinta bisa menjadi ruang yang aman untuk pulang, bukan tempat untuk terus merasa terluka.

Jadi SiGMAnia, jika kamu pernah merasa lelah dalam hubungan yang penuh tarik ulur, mungkin ini saatnya berhenti sejenak, melihat ke dalam diri, dan bertanya apa yang sebenarnya aku butuhkan? dan bagaimana aku bisa mencintai tanpa kehilangan diri sendiri?

Karena hubungan yang sehat bukan tentang siapa yang paling kuat bertahan, tapi siapa yang paling berani untuk jujur dan tumbuh bersama.

Penulis: Mg_Shofa
Editor: Frida

Post Comment