Aliansi Padarincang Melawan Adakan Diskusi dan Nobar Untuk Edukasi Masyarakat

Serang, lpmsigma.com – Aliansi Padarincang yang terdiri dari mahasiswa, aktivis berbagai organisasi, dan warga hadir dalam diskusi dan nonton bersama film “Cinangga Diguncang Dinamit” yang diadakan di kampus 1 UIN SMH Banten. Acara ini menyoroti isu-isu yang tengah mengemuka di wilayah Banten, khususnya Cinangka, Padarincang, dan Cibetus.

Ali, selaku pemantik dari pena masyarakat, menyebutkan bahwa ledakan blasting dari proyek PT. Semen Indonesia disebut sebagai penyebab utama keretakan ringan hingga berat di permukiman sekitar tambang.

“Warga kehilangan sawah, rumah mereka retak, bahkan ada longsoran yang sudah mendekati permukiman. Ini bukan hanya soal proyek, tapi soal keselamatan warga,” ujar Ali, Minggu (29/06).

Ditempat yang sama, Asep, selaku tokoh warga dari Padarincang, menyampaikan keresahan warganya yang bahkan telah masuk ke ranah hukum. Ia menyebut bahwa sejumlah warga mengalami kriminalisasi atas sikap kritis mereka terhadap proyek yang dinilai merugikan lingkungan dan masyarakat.

“Sudah ada tiga tanggal sidang yang ditetapkan untuk warga kami yang dikriminalisasi. Ini bukan sekadar konflik agraria biasa, ini soal keadilan dan keberpihakan pada rakyat,” tuturnya.

Dalam forum diskusi tersebut, Gusdar, selaku mahasiswa juga menyoroti tanggung jawab moral kampus terhadap isu-isu lokal. Ia menyatakan bahwa kampus seharusnya menjadi ruang aman untuk menyuarakan keresahan masyarakat.

“Kampus tidak boleh diam. Banten sedang tidak baik-baik saja. Empati mahasiswa harus dihidupkan kembali,” ungkapnya.

Selain itu, dalam forum tersebut menghadirkan salah satu perwakilan dari LBH Pijar, yang menyampaikan mengenai update proses hukum di cibetus dan refleksi yang bisa dipetik dari proses penegakan hukum paska penolakan dalam memperjuangkan lingkungan hidup.

“Total dari tanggal 11 Februari sampai dengan saat ini paska peristiwa penolakan protes warga kampung cibetus sebanyak 17 warga yang mengalami kriminalisasi, 5 orang diantaranya adalah santri anak masih dibawah umur dan 12 orangnya adalah dewasa serta 1 dari 12 orang tersebut adalah perempuan atau ibu lanjut usia” tutupnya.

Reporter: Mg_Meli
Editor: Lydia

Post Comment