Perayaan Kenduri Tradisi 90 Hari Peringati Maulid Nabi di Aceh

Maulid bisa dikatakan sebagai hari raya ketiga setelah idul Fitri dan idul adha, hal itu sering diperingatiin oleh umat Islam diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perayaan maulid Nabi ini sudah menjadi tradisi yang setiap tahun dilakukan oleh umat Islam dan perayaan ini sudah di yakini dan dilakukan dengan berbagai tradisi disetiap daerah, peringatan maulid Nabi ini sebagai bentuk rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Sama halnya dengan masyarakat Aceh, yang merayakan maulid Nabi Muhammad SAW atau bisa disebut dengan kenduri. Acara ini berjalan selama 3 bulan atau 90 hari pada bulan Rabiulawal, Rabiul akhir dan bulan Jumadil Awal. Masyarakat Aceh merayakan maulid Nabi secara meriah, pada waktu yang tidak bersamaan dimasing-masing Gampong (kampung).

Tradisi maulid Nabi di Aceh ini sudah ada sejak era Sultan Ali Maghayat Syah, yaitu pendiri kerajaan Syah, dan perayaan maulid nabi ini dimulai ketika kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Pada waktu itu, kerajaan sangat makmur dan berkembang Islam maju pesat ulama-ulama, saat itu menganjurkan peringatan maulid Nabi sampai 3 bulan sebagai wujud kecintaan pada Rasullah dan bentuk syuar Islam.

Menurut Abid Nurdil dalam jurnal yang berjudul “Integrasi Agama dan Budaya Kajian Tentang Tradisi Maulid dalam Masyarakat Aceh” menjelaskan, Masyarakat Aceh pada malam 12 rabiulawal dengan membakar lilin, atau lampu-lampu kecil dipasang di depan rumah dan diadakan kenduri (slametan) sambil membaca kisah-kisah Nabi Muhammad, yang terdapat di kitab Al-Barzanji.

Menurut Tengku Husaini Hasbi, salah seorang imam kemukiman menegaskan bahwa, disamping karena tanggal tersebut berkah, tradisi tersebut dilatar belakangi oleh keadaan dan kondisi masyarakat dahulu yang lebih banyak petani. Keadaan ekonomi yang membaik pada saat itu lah, masyarakat Aceh mempunyai kemampuan untuk melaksanakan maulid Nabi selama 3 bulan atau 90 hari.

Pada saat maulid Nabi, masyarakat dengan sangat ikhlas menyediakan makanan siap saji untuk dinikmati bersama di Masjid terdekat, makanan yang disediakan masyarakat ialah nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang dibentuk dengan segitiga, beserta lauk pauk.

Pada saat maulid Nabi juga, masyarakat Aceh sangat mengistimewakan anak yatim dan fakir miskin, dengan pelayanan khusus dari masyakarat, hal tersebut sebagai bentuk cinta kepada Nabi Mumahammas SAW, dan golonganya.

Tradisi itu semua, dilakukan oleh masyarakat Aceh sebagai momentum untuk menambah pemahaman masyarakat terhadap ajaran agama Islam.

Penulis : Mg_Nuraini
Editor : Enjat

Post Comment